Salah judul sih, harusnya jatuh cinta pada gigitan pertama First Love Pattiserie. Tapi kepanjangan sih, jadi tetap pada judul semua. Apasih, baru judul aja udah riweuh... heuheuheu...
Eniweeiii basweiii, kekenyangan di Seribu Rasa tidak mengurangi antusiasme the Foody Gang untuk berburu makanan pencuci mulut. Tuan rumah alias tukang traktirnya kepengen banget mentraktir anggota gang lain nyobain mille crepes dari First Love Pattiserie. Awalnya kita mau menuju Plaza Indonesia, outlet FLP yang terdekat dari Jalan Haji Agus Salim, tapi karena udah kapok dengan macet di Bunderan HI jumat siang, di tengah jalan detour ke Lotte Shopping Avenue yang di Kasablanka. Cus banting setir ke ke arah Kasablanka.
Dan.... jengjeng!!! Macetnya sama aja booo.... Hihihi.... tapi demi kudapan yang sedap pantang mundurlah. Hibur-hibur supir supaya tabah, sampai juga di Lotte Shopping Avenue (LSA).
FLP ada di lantai 3 Lotte Shopping Avenue. Outlet kecil di tengah selasar yg menyediakan empat bangku tinggi. Jadi kalau datang berlima yang seorang lagi terpaksa lesehan hahahah....
First Love Pattiserie hanya menjual kue yang terbuat dari lapisan crepe dengan isian krim.Paduan lapisan crepe dan krim yang kita bisa pilih ada pada gambar menu yang diambil dari website Zomato.
Empat orang anggota the Foody Gang punya pilihan masing-masing, biasa... biar bisa saling cicip hehehehe....
Thenny: Chese
Ratih: French Vanila
Ina: Tiramisu
Asun: Coklat
Ini nih muka-muka yang ga sabar nunggu cakenya disajikan.
Akhirnya pesanan kita datang.
Dua orang anggota gang punya cara makan yg unik: selapis demi selapis, seperti makan kue lapis atau wafer. Maksa sih kaya anak kecil hahaha....
Yg sempat tukar rasa cuma aku dan Thenny, dan aku tetap lebih suka yg original dari pada yang keju. Krim keju terasa berat untuk crepe yang supposed to be very thin. Tampaknya setiap orang puas dengan pilihan masing-masing.
Ultah Thenny sudah seminggu lewat, akhirnya the FG (the Foody Gang) sepakat untuk merayakan tanggal 17 Maret 2017 ... yay!
Tadinya gw ga punya ide mau makan di mana. As usual setiap orang biasanya bilang "Terserah dimana" atau "Gw ikut aja deh", makanya gw mesti siap dgn ide. Kali ini yg terlintas cuma Ojju di Kokas. Eh Asun ternyata ingat kalau Thenny sempat bilang soal resto yg satu ini: Seribu Rasa. Ya udah semua sepakat makan di Seribu Rasa. Resto ini ada di beberapa tempat, kita pilih yg di Jl. Haji Agus Salim 128 Menteng. Lengkapnya lihat di https://www.zomato.com/jakarta/restaurants/seribu-rasa
Rule of thumb-nya, untuk makan-makan normal pesanlah N-1 hidangan supaya pas dan tidak berlebihan; N adalah jumlah orang. Atau kalau mau lebih puas pesan macam hidangan sesuai dengan jumlah orang. Kali ini kita pesan tujuh hidangan untuk empat orang (eh lima sih, ada penyusup satu). Entah karena kelaparan (kena macet di Bunderan HI, dari Mid Plaza ke Agus Salim 1.5 jam 😠😠😠) atau laper mata. Etapi mungkin karena kali ini giliran Thenny yg bayarin jadi kita ga ragu-ragu pesan ini-itu hehehehe....
Pesanan pertama adalah gulai kepala ikan alias Gulai Head Tasik, sesuai dengan rekomendasi the birthday boy (eh birthday om-om sih tepatnya). Gulai kepala ikan di sini berbeda dari gulai ikan Medan Baru (Krekot) yang paling kesohor seantero Nusantara. Yang di Medan Baru cita rasa gagrak Melayu/Padang, kalau yang di Seribu Rasa ada nuansa Jawa, seperti mengingatkan kepada masakan sambel goreng yang bersantan. Bumbunya lebih ringan daripada gulai melayu, santannya tidak kalah creamy. Alhasil kuahnya tidak tersisa setetes pun di pinggan.... (halah... lebay wkwkwwk...)
Ini dia penampakannya:
Telur dadar tiram alias oyster omelet jadi pesanan kedua. Thenny suka banget telor dadar isi tiram ini. Rasanya mirip-mirip dengan fuyunghai dengan saos asam manisnya. Fuyunghai biasanya isi daging kepiting. Tiram yang segar rahasia nikmatnya dadar telor ini. Nih penampakannya:
Pesanan ketiga dihidangkan dengan cara yang unik, di dalam batok kelapa muda (dengan daging kelapanya). Di dalamnya kita menemukan daging ikan, cumi, dan udang. Bumbu rempahnya tidak terlalu tajam. Manisnya daging ikan, cumi, dan udang masih sangat terasa. Daging kelapa muda menambahkan keunikan masakan ini. Nggak salah lagi disebut sebagai boga laut dalam kelapa (coconut seafood). Menarik kan?
Serba seafood sudah dipesan. Seperti biasa binatang hidup di segala matra harus dipesan juga. Kali ini ayam goreng lengkuas terpilih mewakili unggas, karena bebek sedang tidak tersedia. Empat potong besar ayam yang digoreng kering terhidang dalam satu porsi bersama sambal. Rempah parutan lengkuas menjadi taburan yang lumayan generous. Sambalnya sedikit ada rasa manis.
Dendeng balado mungkin biasa ditemukan di rumah makan Padang, tapi kita penasaran dengan dendeng balado dua rasa ala resto Seribu Rasa. Biasanya dendeng balado berupa irisan tipis daging yang digoreng kering. Dendeng ini hasil masakan daging bagian tenderloin, sehingga teksturnya empuk dan cenderung lembab. Yang mengharap dendeng yang renyah mungkin agak sedikit kecewa. Walau sebenarnya kalau dirasa lumayan kok dendeng ini. Pilihan yang bagus untuk orang tua setidaknya hahaha....
Fotonya blur, yg ngambil foto udah nafsu mau makan jadi tremor tangannya hahaha....
Gambar berikut diambil dari buku menu. Mudah-mudahan lebih jelas.
Memesan tongseng kambing adalah semacam pertaruhan. Kok bisa? Karena selama ini tongseng kambing yg sudah masuk restoran rasanya tidak otentik lagi. Ga seperti tongseng di warung-warung sate solo 'Pak Min' (entah singkatan dari Paimin, Sudarmin, Suminto, pokoknya mostly warung sate solo pakai merek 'Pak Min').
Kali ini kita memenangkan taruhan, artinya tongseng yang kita pesan rasanya otentik, mirip dengan tongseng langganan kita di belakang Gedung IFC (dulu namanya Wisma BCA) jalan Sudirman. Isiannya daging kambing yang super empuk. Kuahnya bersantan cukup kaya tetapi tidak terlalu kental. Ada rasa manis sentuhan kecap. Tomat ijo dan kol melengkap tongseng yang sedap ini.
Belum ada sayur yang dipesan ya? Oh iya, kita pesan tumisan sayur namanya tumis sambal ebi. Sayur atau sambel sih? Sambel ada sayurnya, terong, kacang panjang daaaaan.... pete! Yang jelas rasanya endeusss....
Ini resto memang kudu dicoba, semua masakannya enak euy, sampai-sampai es teh tawarnya juga enak, wangi tehnya. Benar-benar sejuta rasanya!
Total damage:
benar-benar maruk ya 😆
Juaranya (menurut anggota gang):
Thenny: omelet tiram
Ratih: tongseng
Asun: tongseng
Ina: tongseng
Juara paling buncit:
Thenny: dendeng balado
Ratih: ayam goreng lengkuas
Asun: ayam goreng lengkuas
Ina: ayam goreng lengkuas
Ponten:
Makanan: 👍👍👍👍👍 (sebenarnya mau ngasih 7 jempol sih, tapi maks 5)
Porsi: 👍👍👍👍
Harga: $$$ (worth the money sih)
Suasana: 👍👍👍👍
Pelayanan: 👍👍👍👍👍
Empat orang tukang makan ngumpul ya cuma buat makan-makan. Berawal dari kerja di kantor yang sama selama 3 tahunan bareng, dan setelah 14 tahun ga sekantor masih ngumpul regularly. Ya buat apa lagi kalau ga buat makan....
Biasanya ngumpul karena ada anggotanya yg ultah. Sayangnya semua ultah di 7 bulan awal setiap tahunnya. Jadi 5 bulan sisanya bikin-bikin alasan buat ngumpul hahaaha....
Blog ini isinya dokumentasi (baca: ajang pamer) acara makan-makan kita. So, happy reading and happy drolling.